Sabtu, 18 Mei 2013

She Is My Best Friend, Don't Touch!




Aku sebal, sebal, sebaaal... Bella tidak mengajakku menonton bioskop, padahal Citra dan Miska diundang. Aku kan juga sahabatnya! Mengapa saat ia Ulang Tahun, tidak diajak untuk ikut merayakannya? Kutendang batu-batu didepanku. Kesal!
Tiba-tiba, ada yang memanggilku. Suaranya sangat khas. Kutengok kebelakang, tuh kan! Sudah kutebak, itu pasti Nala.

"Bete, ya?" tanya Nala yang kini sudah disisi kananku, kami berjalan beriringan.
"Ya. Masa aku nggak diundang, sih?" aku menggerutu.
"Mungkin ia punya kejutan!" seru Nala, membuatku terbelalak.
"Mana mungkin!" aku sudah pulih dari kekagetanku tadi.
"Bisa saja. Sudahlah, mungkin ini yang terbaik." hibur Nala.

Aku jadi curhat pada Nala. Nala, anak berkacamata, si juara kelas ini paling dibenci dikelas. Alasannya, dia jelek dan kamseupay! Aneh, menurutku. Nala enak diajak ngobrol, pembicaraannya bebobot, kalau diajak curhat juga nyambung. Nala paling enak dibuat curhat, ia pasti selalu punya penangkalnya.

"Oh, kalau begitu, aku nggak tahu." Nala mulai bingung, sepertinya.
"Ih, kok gitu? Biasanya ada..." aku memandang langit.
"Aku butuh saranmu."

Beberapa detik, Nala terdiam. Mungkin ia kaget mendengar ucapanku barusan. Dia cerita, bahwa aku adalah teman pertamanya! Aku sih nggak pa-pa, fine-fine saja. Toh, nggak ada yang bisa mengatur kecuali aku dan Allah, ya tidak?

"Sudahlah, kamu berdo'a saja. Jika Bella sahabatmu, benar-benar sahabatmu, ia pasti punya kejutan dibalik semua ini." akhirnya Nala berbicara.
"Ya, aku setuju padamu. Tapi aku nggak enak." aku sangat terbuka dengan Nala, karena kuyakin ia bisa jaga rahasia.
"Nggak enak gimana?" Nala membenarkan letak kacamatanya.
"Perasaanku... Nggak enak." ujarku lirih.
"Ah, jangan anggap serius. Itu akan berakhir." senyuman Nala mengembang.

Aku, Shilla Augustine Carissa, anak paling supel dan gaul dikelas, kini berteman dengan seorang anak yang dibenci satu kelas; Nala. Aku tidak keberatan. Bukankah sudah kubilang, semuanya yang mengatur AKU dan Allah, Tuhanku. 

"Sudah, ya. Sudah sore. Aku harus pulang. Daaah..." aku melambaikan tanganku kearah Nala.
"Hati-hati!" seru Nala.
 "Kamu yang harusnya hati-hati! Hahaha..." tawaku, Nala jadi malu.

Rumahku dan Nala berbeda tiga blok. Aku blok S sedangkan Nala blok V. Rumahku masih sekitar dua belokan lagi, sedangkan Nala masih tiga belokan lagi, masih jauh. Namun aku dan Nala berbeda arah mulai diperempatan tadi kami berpisah.
Perasaanku entah kenapa tak enak. Mengenai Nala. Padahal baru semenit aku berpisah, namun pikiran negative mulai menguasai. Ah, dari pada pusing, aku SMS saja dia. Aku SMS Nala, berharap ia membalasnya dengan cepat.

Nala, kmu gk knp2, kan?
Aq ada perasaan gk enak.
Hati2 ya! Jaga diri...

SEND!
Yeah, kurasa ia akan membacanya walau tidak membalasnya. Aku tahu, Nala jarang beli pulsa karena ia gunakan uang jatah pulsanya untuk beli buku. Ah, wajar saja bagi si kutu buku, Nala. Selang lima menit kemudian, ada SMS masuk lagi. Aku sudah sampai rumah, sih.  

Ya, tenang saja.
Aku kurang satu belokan lagi.
Thanks sdh tanya. 
Kmu jg hati2 ya!

Satu belokan lagi? Sudah dekat. Aku harap Nala baik-baik saja sampai tujuan. Kubuka pagar rumah. Kriek... Mungkin itu yang kudengar, decitan pagar. Aku masuk, bunda pasti belum pulang! Mungkin hanya Kak Mell yang ada... Semoga tidak. Aku sebal dengan saudaraku itu. 

TULILUT!

Wah, SMS masuk lagi dari... Nala! Jarang ada yang SMS aku semenjak pertengkaranku dengan Bella. Padahal, sebelumnya pasti sekitar 50+ pesan masuk setiap jamnya. Drastis sangat berkurang.

Shilla, tolong aq
Ada org asing msk rmh q
Ayah & Ibuku gk ada
Aq hrs bagaimana?

DEG!
Jantungku berdegup. Ini mungkin... yang kutakutkan? Apakah Nala.... Aku segera masuk. Kuharap Kak Mell ada didalam dan mau ikut bersamaku ke rumah Nala. Namun hasilnya nihil. Kak Mell meninggalkan memo, ia ke rumah temannya hingga Ashar.
Aku ingin kerumah Nala, namun aku tak berani.... Tapi, ia sahabatku. Eh, aku menyebutnya sahabat? Apakah kata-kata itu terlontar dari mulutku? Sahabat? Ya, sahabat. Sebagai sahabat aku harusnya menolongnya. Aku datang.

Nala, bagaimana keadannya?
Sdh aman kah?
Please jwb

SEND!
Aku melangkah maju. Tak sempat mengganti seragamku. Begitu terburu-buru. Bayanganku tak enak mengenai Nala. Aku harap ia baik-baik saja! Ukh... Nala!

[Bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar